Ini Dia Stress dan Cara Mengatasinya

A.    DEFINISI STRES

Stres dikenali sebagai interaksi antara kemampuan coping seseorang dengan tuntutan lingkungannya. Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya: stimulus yang membahayakan fisik dan  psikis  bersifat  mengancam,  lalu  memunculkan  reaksi-reaksi kecemasan).
Menurut  Atwater  (1983),  stres  merupakan  suatu tuntutan  penyesuaian,  yang  menghendaki  individu  untuk meresponnya  secara  adaptif. 
Stres  adalah  suatu  proses  dalam rangka  menilai  suatu  peristiwa  sebagai  suatu  yang  mengancam, menantang,  ataupun  membahayakan;  serta  individu  merespon peristiwa  itu  baik  pada  level  fisiologis,  emosional,  kognitif  dan tingkah laku (Feldman, 1989).
Sedangkan Hans Selye (dalam, Hahn & Payne, 2003) menjelaskan stres adalah respon yang tak spesifik dari tubuh  terhadap  berbagai  tuntutan  yang  ada,  dimana  respon tersebut dapat berupa respon  fisik atau emosional.

 
B.     JENIS STRES
                  
1.      Stres Psikologis (Psychological Stress), merupakan istilah  dalam  membahas  stres  yang  dihubungkan  dengan  bagaimana  kita  menerima & beradaptasi dengan dorongan & peristiwa yang sifatnya  membuat individu merasakan stres. Pembedaan jenis stres berdasar  efeknya  (Berne,  Selye,  1991):  Eustress  (good  stress)  merupakan  stres  yang menimbulkan stimulasi dan kegairahan, sehingga memiliki efek  yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya.
2.      Distress,  merupakan  stres  yang  memunculkan efek  yang  membahayakan  bagi  individu  yang  mengalaminya,  seperti:  tuntutan  yang  tidak  menyenangkan  atau  berlebihan  yang menguras  energi  individu  sehingga  membuatnya  menjadi  lebih mudah jatuh sakit.
3.      Hyperstress, yaitu stres yang berdampak luar biasa bagi yang  mengalaminya.  Meskipun  dapat  bersifat  positif  atau  negatif  tetapi  stres  ini  tetap  saja  membuat  kita  terbatasi  kemampuan  adaptasinya. Contohnya adalah stres akibat serangan teroris.
4.      Hypostress,  merupakan  stres  yang  muncul  karena kurangnya  stimulasi.  Contohnya,  stres  karena  bosan  atau  karena  pekerjaan yang rutin.


C.    STRESSOR

Sesuatu atau peristiwa atau keadaan yang menimbulkan
stres.  Seringkali  disebut  dengan  Stresssful  Event  (peristiwa  yang
memberikan  tekanan).  Sesuatu  atau  peristiwa  atau  keadaan  dapat
menimbulkan  tekanan  tertentu  bagi  individu  dengan  intensitas
yang  berbeda,  biasanya  tergantung  penilaian  dan  respon  individu
pada peristiwa atau keadaan tersebut.

D.    EFEK DARI STRES
Tidak semua bentuk stres yang membuat kondisi fisik  individu  yang  mengalaminya  menjadi  lemah  atau  jatuh  sakit berasal  dari  peristiwa-peristiwa  sosial  yang  tidak  diinginkan  atau peristiwa  yang  dianggap  negatif.  Contoh:  menikah,  promosi jabatan,  pindah  rumah.  Efek  stres  terhadap  individu  dipengaruhi oleh  gabungan  dari  berbagai  peristiwa  yang  meningkatkan  stres individu tersebut dengan predisposisi individu untuk menjadi sakit.

E.     PROLONGED  STRESS  (STRES  BERKEPANJANGAN)

Apa  yang  terjadi jika  kita  mengalami  stress  yang  intens  dalam  waktu  yang  lama? 
Tiga tingkatan reaksi individu ketika mengalami stres:

1.      Reaksi Alarm (the alarm reaction)

Merupakan  respon  darurat  awal  terhadap  agen  pembangkit stres, berupa respon fisiologis dan psikologis. Respon fisiologis berupa  perubahan  yang  kompleks  pada  kimiawi  tubuh  & jasmani  yang  menghasilkan  simtom  yang  serupa  tanpa memperhatikan  tipe  stressor-nya.  Dalam  fase  ini,  beberapa orang dengan penyakit yang berbeda mengeluhkan gejala yang umum,  seperti  demam,  sakit  kepala,  nyeri  otot  atau  sendi, kehilangan  nafsu  makan,  dan  perasaan  lelah  terus-menerus. Sedangkan  respon  psikologis  berupa  meningkatnya  perasaan cemas, bangkit dan mengerahkan mekanisme pertahanan diri,sehingga muncul perasaan bertambah gelisah, sulit tidur atau tidak  nyenyak,  dirundung  kesedihan.  Mekanisme  pertahanan diri yang sering digunakan denial dan rasionalisasi.

2.      Tingkat atau taraf resistan (the stage of resistance)

Tingkat  dimana  tubuh  telah  mampu  beradaptasi  dengan  stres yang  berkepanjangan,  diikuti  dengan  menghilangnya  simtom fisiologis  tapi  terjadi  peningkatan  sekresi  pada  glandula  dan organ  tubuh  tertentu,  inilah  yang  menyebabkan  rendahnya resistensi  atau  daya  tahan  terhadap  infeksi,  sering  terjadi Kesehatan Mental  109 “penyakit  adaptasi”,  seperti  hipertensi,  tukak  lambung  (Selye, 1974) dan kecemasan kronis, individu menjadi neurotik dengan sistem defens yang kaku.

3.    Tingkat atau taraf sangat keletihan (the stage of exhaustion) 

Tingkat  ini  akan  muncul  jika  stres  terus  berlanjut,  akibatnya pertahanan  tubuh  hancur,  energi  untuk  beradaptasi  terkuras habis,  tanda-tanda  fisiologis  terhadap  stres  muncul  kembali. Dampak  jangka  panjangnya  terjadi  penuaan,  kematian  dan dapat terganggu secara psikologis (jadi psikotik). 

F.     FAKTOR-FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  STRES

Merupakan gabungan dari faktor internal (individu) dan eksternal (sosial), yaitu:

1.  Sosial
a.       jumlah  peristiwa  yang  menjadi  stressor,  kemunculannya secara bersamaan.
b.      situasi  tertentu,  misal:  dengan  siapa  kita  hidup,  seberapa lama kita mengalami stres tersebut.
2.  Individual
a.       Karakteristik  kepribadian  individu,  misal:  pemarah, ambisius, agresif.
b.      Kemampuan  dalam  menyelesaikan  masalah  dan beradaptasi  dengan  stres,  antara  lain:  inteligensi, fleksibilitas berpikir, banyak akal.
c.       Harga diri (self-esteem).
d.      Bagaimana  individu  menerima  atau  mempersepsikan peristiwa yang potensial memunculkan stres.
e.       Toleransi  terhadap  stres,  tergantung  pada:  kondisi kesehatan, tingkat kecemasan.


G.    TIPE-TIPE  STRES  PSIKOLOGIS

Dapat  dengan  mudah  membuat perbedaan,  tetapi  sulit  memisahkan  berbagai  bentuk  stres  yang dialami individu.
1.      Tekanan (Pressure).
Tekanan bersumber dari dalam diri (misal: ambisi) atau luar diri (misal: kompetisi di lingkungan), bahkan dapat  berupa  gabungan  keduanya.  Apabila  terlalu  keras menuntut  diri  sendiri,  muncul  perilaku  self-defeating,  dimana diri  kita  kalah  dengan  tuntutan  kita sendiri  yang  berlebihan (contoh: pada orang perfeksionis). Tekanan lingkungan lainnya,sepert menghadapi ujian, tagihan hutang.

2.      Frustrasi  (Frustration).
 Muncul  karena  adanya  hambatan terhadap motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan. Dapat muncul  akibat  tidak  adanya  objek  tujuan  yang  sesuai,  misal: saat lapar, tidak ada makanan; atau adanya penundaan, misal: menunggu  lampu  lalu-lintas  hijau;  atau  adanya  rintangan sosial, misal: ingin jadi juara menyanyi tapi tidak pernah punya
kesempatan.
Sumber frustrasi dari dalam diri individu: 
a.  tidak punya kemampuan
b.  rendahnya komitmen
c.  rendahnya kepercayaan diri
d.  perasaan bersalah
e.  karakteristik individu: jenis kelamin, warna kulit

Tingkat  frustrasi  tertentu  merupakan  bagian  dari  proses pertumbuhan  (contoh:  masa  remaja  masa  matang  fisik  dan seksual  sehingga  ingin  independen,  padahal  secara  ekonomi masih dependen pada orangtua). Frustrasi dapat menimbulkan kemarahan dan perilaku yang agresif, semakin rendah toleransi kita  terhadap  frustrasi  maka  semakin  mudah  kita  untuk cenderung menjadi agresif.

3.      Konflik.
Muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling bertentangan  secara  simultan  atau  bersamaan.  Konflik dibedakan  berdasar  nilai  dari  masing-masing  pilihan;  jika pilihannya  memiliki  tujuan  yang  positif  bagi  individu  maka dinamakan  sebagai  approach  tendency.  Sedangkan  jikapilihannya  memiliki  tujuan  negatif  dinamakan  avoidance tendency.
 Macam-macam konflik:
a.  approach- approach conflict
     dua  pilihan  yang  masing-masing  memiliki  alternatif  yang diinginkan.
b.  avoidance-avoidance conflict
     dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif.
c.  approach-avoidance conflict 
     satu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.
d.  double approach-avoidance conflict
     dua  alternatif  yang  sama-sama  punya  konsekuensi  positif dan negatif.
4.      Cemas. 
Merupakan  perasaan  samar-samar,  rasa  yang  tidak mudah  untuk  merasakan  bahaya  di  masa  yang  akan  datang. Kesehatan Mental  111 Simtom  cemas:  jantung  berdebar,  ketegangan  otot,  keringat dingin.  Secara  psikologis  dianggap  wajar  jika  dalam  intensitasyang  normal,  karena  kecemasan  merupakan  tanda  alarm  yang memperingatkan  kita  bahwa  bahaya  sudah  dekat  dan membangkitkan  kita  untuk  meresponnya  secara  tepat.  Stres terhadap  kecemasan  dipelajari  dan  berfungsi  dalam  hubungannya dengan perasaan aman.
Kecemasan taraf ringan-sedang : menstimulasi individu menjadi lebih waspada dan resposif pada situasi yang membutuhkan perhatian lebih (fascilitating anxiety).
Kecemasan  yang  berlebihan  :  memperburuk  performa  kita (debilitating anxietyi). Beda kecemasan dengan rasa takut: -  rasa takut: jika merasa terancam pada sesuatu yang spesifik & jelas letaknya -  cemas  :  lebih  subjektif  dan  umum  ancamannya,  lebih stressful,  karena  ancaman  tidak  diketahui  objek  dan efeknya;  lebih  mudah  terakumulasi  sehingga  membuat berkurangnya kesadaran dan memburuknya performa kita.

H.    COPING STRESS

1.      PENYESUAIAN  TERHADAP  STRES

Merupakan  respon  individu dengan cara tertentu terhadap jenis stres yang dialaminya. Masing-masing  individu  berbeda-beda  cara  penyesuaiannya  terhadap beragam stres, merupakan cara penyesuaian diri yang khas. 
Dipengaruhi oleh :
1.  kemampuan  yang  dimiliki  (misal:  inteligensi,  kreativitas, kecerdasan emosional)
2.  pengaruh lingkungan
3.  pendidikan
4.  bagaimana pengembangan dirinya
5.  usia

Adapun langkah-langkah penyesuaian terhadap stres secara umum:
a.    individu  secara  psikofisiologis  menilai  situasi  stres  kategorisasi  stres;  memperkirakan bahaya  yang  berkaitan dengan stres
b.    merumuskan alternatif tindakan yang paling mungkin dilakukan (baik secara disadari/ tidak)
c.    melakukan  tindakan  yang  terarah  dalam  rangka  penyesuaian  terhadap stres
d.   feedback dua langkah terakhir merupakan langkah paling sulit.

Macam penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:
a.    Penyesuaian  yang  bersifat  mengurangi  atau  memperlemah simtom stres
b.    Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara  lebih  terarah  sumber  stres  yang  ada,  disebut  dengan penyesuaian efektif.


A.    PENYESUAIAN YANG BERSIFAT MENGURANGI SIMTOM STRES

Ada dua macam:
a.       Yang bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense mechanisms (mekanisme pertahanan diri atau ego).
b.      Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain; melakukan pekerjaan lain yang mengurangi simtom stres; tertawa.




MEKANISME  PERTAHANAN  DIRI

Merupakan  reaksi  awal  dalam kehidupan manusia untuk menjaga diri mereka dari kelebihan dosis intensif  dari  adanya  stres  psikologis.  Mekanisme  pertahanan  diri digunakan oleh self (=ego, dalam Psikoanalisa) untuk melindungi dari segala ancaman. Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau  tidak  sama  sekali. 
Tujuannya  meredakan  ketegangan  akibat stres.  Biasanya  muncul  karena  terpicu  adanya:  kecemasan,  konflik, atau frustrasi. Kemunculannya berbeda antar individu (ada yang saat benar-benar terdesak, ada yang jadi bagian kesehariannya). Patologis bila ada self-deception (pengingkaran atau pembohongan diri), disamping distorsi realita, kepercayaan berlebihan pada nasib.
Jenisnya:
1)             Represi (repression).
Berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah sadar (motivated forgetting) –  fungsi  normal  kembali.  Akibatnya  membebaskan  dari ketidaknyamanan  akibat  selalu  waspada  pada  ancaman,  tetapi mempersempit kesadaran kita, membuat perilaku jadi kaku.
2)             Supresi (supression).
Upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan  yang  memunculkan  kecemasan,  dan mengekspresikannya  pada  waktu  tertentu  saja.  Proses  yang lebih  ‘sehat’  karena  sangat  kecil  nilai  self-deception  nya. Berusaha menolak atau menghambat realita internal.
3)             Pengingkaran (Denial).
Menolak melihat atau mendengar aspek realita  yang  tidak  menyenangkan  atau  mengancam.  Menolak pengakuan eksternal atau realita sosial.
4)             Rasionalisasi. 
Usaha  untuk  memberikan  alasan  pada  perilaku yang  tidak  diterima  dalam  cara  yang  diterima  sosial  dan rasional.  Nilai  self-deception  sangat  besar,  mirip  dengan berbohong atau mengingkari orang lain.
5)             Regresi.
Mengurangi ketegangan dalam dirinya dengan bertingkah laku mencari perhatian (seperti anak kecil; merajuk, marah) – agar diperhatikan. Mundur pada fase perkembangan sebelumnya.
6)             Proyeksi. 
Upaya  individu  untuk  melemparkan  penyebab frustrasinya pada orang lain. Misal: cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang tersebut.
7)             Reaksi-formasi. 
Mengalihkan  motif  yang  dimiliki  ke  motif  lain yang berlawanan, sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima superego atau moral. Contoh: benci orangtua, tampil sebagai anak yang sayang pada orangtua berlebihan.
8)             Sublimasi (displacement).
Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang  kemudian  dialihkan  pada  motif  yang  sejenis  tapi  beda kegiatan. Misal: ingin jadi dokter – suka terlibat menolong orang.
9)             Acting  Out. 
Membebaskan  tegangan  dari  impuls  yang  tidak dapat diterima dgn mengekspresikannya secara simbolik. Misal: ingin  merasa  independen  dari  orangtua  maka  remaja  jadi
tampil  modis,  bolos  sekolah,  penundaan  atau  mogok,  seks bebas, tawuran. Sifatnya tidak disadari.
10)         Fantasi. 
Membebaskan  tekanan  dengan  tindakan  imajinasi. Tetapi  tidak  semua  imajinasi  merupakan  bagian  dari  defens. Misal:  melamun,  yakin  bahwa  jadi  tokoh  dalam  film,  tokoh dalam  film  kaya  seperti  harapannya  (ada  unsur  self-deception, distorsi realita).

SARANA COPING UNTUK STRES MINOR
             
Merupakan respon terhadap stres ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada pada level kesadaran).  Sarana  yang  dilakukan  dipengaruhi  juga  oleh:  situasi, kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam menghadapi stres.
Jenisnya: 
a.    kontak fisik (dielus), makan, minum
b.    tertawa, menangis, memaki/ mengutuk
c.    membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri
d.   melakukan  aktivitas  yang  meredakan  ketegangan  (misal:  olah raga, jalan-jalan, main games).
Akan  tetapi  sifatnya:  tidak  menghilangkan  sumber  stres, sementara,  memiliki keterbatasan  dalam  mengurangi  ketegangan akibat stres.

B.     PENDEKATAN PROBLEM-SOLVING TERHADAP STRES.

Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif.
Jenisnya:
a.  memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres.
b.  memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.



MENINGKATKAN TOLERANSI TERHADAP STRES

a.         Toleransi terhadap tekanan.
Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
b.        Toleransi  terhadap  frustrasi. 
Berusaha  lebih  independen terhadap lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
c.         Toleransi  terhadap  konflik. 
Menyadari  adanya  konflik  mencari segi positif terbanyak dan efek emosionalnya.
d.        Toleransi  terhadap  kecemasan. 
Mencoba  tetap  merasakan kecemasan  tanpa  mengurangi  performa  kita  menggali  lebih banyak  pengalaman  dan  belajar  menghadapi  situasi  yang membuat kita cemas.

  
PENDEKATAN YANG BERORIENTASI TUGAS

a.         Pendekatan Asertif.
Merupakan pendekatan yang menekankan pada  usaha-usaha  individu  untuk  mengekspresikan  hak  dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.
b.        Pendekatan Menarik Diri.
Dapat dilakukan apabila sumber stres tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara  untuk  mengatasi  stres  yang  dapat  berakibat memperburuk  kesehatan  individu  tersebut.  Misal:  cuti  kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.
c.         Berkompromi. 
Biasa  digunakan  apabila  agen  sumber  stres memiliki  otoritas  lebih  tinggi  dari  kita,  atau  sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauh mana kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk mengurangi stres.

Tiga tipe kompromi:

1.      Comformity
merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang berlaku.

2.      Negotiation
secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres, biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik
daripada kompromi karena sifatnya mutual.

3.      Substitution
memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai
tujuan yang sama.

I.       Pengelolaan Stres

Pengelolaan stres dapat dilakukan dengan tiga langkah sederhana,
yaitu dengan mengenali stres yang kita alami, pahami dampaknya
bagi  kita  (fisik,  emosi,  perilaku),  dan  strategi  pengendalian  stres
(penundaan, antisipasi, pengelolaan).

STRATEGI MENGHADAPI STRES.

1.      COPING.

a.                   Emotion  Focused  Coping:  usaha  individu  mengatasi  reaksi
emosional dari stres yang dialami.

b.                   Problem  Focused  Coping:  usaha  individu  untuk  merubah  ling-
kungan atau menemukan solusi untuk menghilangkan stressor. 
Dapat membantu kita mengatasi stres apabila kita memahami
gaya  coping  kita  (fisik  (behavioral),  cerebral  (kognitif),  atau
emosi (lihat IV.4 Latihan).

2.      KENDALI DIRI (self-control)

a.                   Efikasi  diri
Efikasi  diri  merupakan  perasaan  mampu  individu
untuk  melakukan  suatu  tindakan  tertentu.  Efikasi  diri
membantu seseorang untuk mengurangi respon terhadap stres
yang dihadapinya (Bandura, 1982; Lazarus & Folkman, 1987).

b.                   Hardiness
Hardiness  merefleksikan  karakteristik  individu  yang
memiliki  kendali  pribadi,  mau  menghadapi  tantangan,  dan  Kesehatan Mental memiliki  komitmen.  Tingkat  hardiness  seseorang  mempe-
ngaruhi  penerimaan  seseorang  terhadap  stresor  potensial  dan
respon terhadap stres-nya (Maddi & Kobasa, 1984).

c.                   Mastery
Merupakan  perasaan  mampu  mengendalikan  respon
stres yang muncul pada dirinya. Tingkat mastery memiliki hubu–
ngan dengan respon stres seseorang (Karasek & Theorell, 1990). 







 MODIFIKASI LINGKUNGAN

a.       Asertif
Mengekspresikan  hak  dan  perasaan  kita  tanpa
melanggar hak orang lain.
b.      Menghindari jika perlu
Beralih secara fisik maupun emosional
dari aktivitas atau kelompok atau individu yang memunculkan
stres. Dilakukan apabila asertif dan kompromi tidak berhasil.
c.       Berkompromi ketika dapat saling menyesuaikan.

    
MEMPERKUAT GAYA HIDUP

1.   Membangun  toleransi  terhadap  stress,  dengan  memahami
seberapa  batasan  kita  dapat  bertahan  dari  stres  tanpa
munculnya perilaku yang irasional.

2.   Mengubah langkah hidup, merubah kebiasaan hidup kita menjadi
lebih tahan stres, misal: berjalan lebih lambat, bangun lebih pagi,
sempatkan  sarapan,  hindari  menunda  pekerjaan,  konsentrasi
pada  pekerjaan  (matikan  telepon),  berkumpul  dengan  teman,
lakukan aktivitas santai, hindari kafein-alkohol-obat.

3.   Mengendalikan pemikiran yang mengarah pada distress, dengan
berpikir positif, libatkan pada aktivitas humor dan tertawalah.

4.  Mencari  pertolongan  untuk  meningkatkan  kemampuan
memecahkan  masalah dengan mengikuti workshop: asertivitas,
keterampilan sosial, manajemen stres. Carilah dukungan sosial:
teman,  pasangan,  keluarga,  sahabat.  Jangan  mencari  teman
hanya pada saat anda kesulitan!


TIPS PENGENDALIAN STRES (Pemecahan Masalah Sistematik)

•  Identifikasi situasi yang penuh stres
•  Stres = wajar, masalah yang dapat diselesaikan
•  Diskusikan/ curah pendapat dengan ortu, guru, teman, keluarga
•  Antisipasi berbagai kemungkinan pemecahan masalah
•  Pilih satu solusi Kesehatan Mental  117
•  Evaluasi hasilnya
•  Jangan berharap akan kesempurnaan
•  Berikan tindakan terbaik & belajar dari pengalaman
•  Perbaiki keterampilan mengatasi masalah
•  Praktekkan komunikasi yang asertif
•  Temukan seseorang yang berhasil mengatasi stres, tirulah!
•  Peregangan dan relaksasi
•  Humor dan tertawalah !
•  Dengarkanlah musik favoritmu
•  Latihlah angkat bahu
•  Kurangi bicara, perbanyak mendengar
•  Bersyukurlah, hitung seberapa banyak anugerah yang kau dapat!
•  Bandingkan  dirimu  yang  dulu  dengan  sekarang,  lihatlah   
perubahannya
•  Jangan melakukan apapun, duduk tenang saja
•  Ekspresikan stress kita, dengan menulis, olah raga, bicara pada   
orang yang kita percayai
•  Bertanggungjawablah pada hidupmu!


Comments