BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tantangan Guru Dalam
Pembelajaran
Guru
dalam Pembelajaran merupakan manajer pembelajaran ditempat pembelajaran. Guru
menempatakan siswa menjadi
klien sama seperti
klien pengacara dan profesi
lain ((Dryden &
Vos,1999). Hal ini
sebagai suatu tantngn bagi guru. Kemampuan guru
untuk menjawab tantangan
mengajar Abat 21 tersebut
juga sebagai salah
satu aspek yang
harus diperhitungan untuk menjadi
guru idola pada
siswa pad era
global. Ilustrasi penerapan
masing-masing tantangan ke dalam tugas guru, sebagai berikut:
1.
Mengajar dan
Teknologi: memanfaatkan berbagai
produk teknologi untuk belajar
siswa. Guru yang
dapat mengantar siswa
mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, (H. Tilaar, 1998)
2.
Mengajar
dengan pandangan baru tentang kemampuan: dapat melalui menenpatakan siswa
memiliki kecerdasan ganda dalam
proses pembelajaran, (Multiple
Intellegences, Gardner, Howard, 1993)
3.
Mengajar dengan
pilihan; pembelajaran dapat menerapkan
multi
bahasa, belajar
di laboratorium, praktik
lapangan di negara
lain
(belajar sistem
belapis), belajar praktik
dalam fenomena nyata,
pembelajaran proyek.
Guru mampu mandiri
dalam pembelajaran,
konservatif dan
inovatif (Scheerens, 1992, dalam
Sukamto,dkk. 1999)
4.
Belajar dan
akuntabilitas: dalam pembelajaran
guru memberi
kepuasan layanan,
mendokumentasikan proses dan
hasil kinerja,
terbuka untuk
dinilai oleh pelanggan
dan atasan, melakukan
refleksi diri atas kinerjanya
5.
Mengajar untuk
pembelajran aktif: memanfaatkan
seluruh indera siswa untuk
belajar: apa yang
dilihat, dengar, kecap,
baui, sentuh, lakukan, bayangkan,
intuisikan, rasakan (Dryden & Vos,1999).
6.
Mengajar untuk
kontruksi makna: hasil
belajar berupa keterampilan akademik dan kematangan sikap
(sofe skill), atau pemilikan kecakapan hidup,
atau siswa dapat
menerapkan pengetahuan dalam memecahkan masalah hidup.
7.
Mengajar
dalam masyarakat multikultural: berlaku
adil kepada setiap siswa tanpa memandang “RAS”,
mempunyai keteladanan moral
dan rasa estetika yang
tinggi dan melatih
siswa untuk Sanggup
bersaing dan bersanding, bekerjasama
dengan siapapun (
menerapkan pendidikan perdamaian, dan pendidikan internasional)
Tantangan guru
tersebut diwadahi dalam pemilikan
kompetensi pendidik. Dalam pembelajaran
diharapkan guru dapat
menekankan pada kemampuan siswa
sebagai dasar penetapan
bahan ajar yang
sesuai. Kemampuan guru ini tercakup dalam kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional.
B.
Pemahaman Kompetensi
Pedagogik dan Profesional
Kompetensi pedagogik
dijabarkan ke dalam
lima (5) sub-kompetensi (Dir. PMPTK, 2007), yaitu:
1.
Pemahaman terhadap
peserta didik, yang
mencakup indikator esensial: memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif dan kepribadian
dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.
2.
Perancangan
Pembelajaran, mencakup indikator esensial: memahami landasan kependidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran,
menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai,
dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih.
3.
Pelaksanaan
pembelajaran, mencakup Indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran;
dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4.
Perancangan dan
pelaksanaan evaluasi hasil
belajar, mencakup Indikator
esensial: merancang dan melaksanakan
evaluasi (assesment) proses dan
hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
berbagai metode; menganalisis
hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastery learning);
dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
5.
Pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi peserta didik. Kompetensi
ini mencakup indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensi non akademik
Adapun kompetensi
profesional (oleh ahli
pendidikan disebut kompetensi akademik)
menurut Dir. PMPTK
mencakup tiga (3)
sub-kompetensi,yaitu:
1.
Penguasaan materi
pembelajaran secara luas
dan mendalam,mencakup indikator
esensial: penguasaan materi kurikulum
matapelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur
dan metodologi keilmuannya.
2.
Menguasai substansi
keilmuan yang terkait
dengan bidang studi, mencakup indikator
esensial: memahami materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan
yang menaungi atau
koheren dengan materi
ajar; memahami hubungan konsep
antar mata pelajaran
terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Menguasai
struktur dan metode keilmuan, yang mencakup indikator esensial: menguasai
langkah-langkah penelitian dan
kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
C.
Pandangan
Tentang Guru Idola
Guru Idola
dalam sajian ini
dimaknai sama dengan
konsep guru efektif. Alasnnya adalah guru idola dapat dikenali
melalui kinerja mengelola pembelajaran
yang efektif. Pembelajaran
efektif adalah pembelajaran
yang dapat mengembangkan seluruh
aspek potensi siswa.
Terkait dengan guru efektif, Davis & Thomas (dalam Sukamto,
dkk. 1999), menjelaskan ciri-cirinya, yaitu:
1.
mampu
melaksanakan pembelajaran secara benar
2.
menghasilkan iklim
kelas yang kondusif,
cirinya:
a)
kemampuan
b)
hubungan
interpersonal (empati,menghargai siswa sebagai pribadi,
c)
ketulusan),
d)
mempunyai hubungan
yang baik dengan
siswa,
e)
kemampuan mengekspresikan minat
dan antosiasme,
f)
memiliki
kepedulian dengan siswa,
g)
kemampuan
menciptakan kerjasama,
h)
melibatkan siswa
dalam perencanaan kegiatan
belajar, e)
i)
mengahrgai
dan memperhatikan sungguh-sungguh jawaban siswa,
j)
meminimalkan
konflik.
3.
Menekankan
pada tujuan akademik dan afektif
4.
Mengorganisasi
diri dengan baik
5.
Menguasai
bidang ilmu yang diajarkan
6.
Memberikan
pengalaman belajar siswa dengan baik
7.
Mengajar
“Tidak asal siswa sibuk” tetapi dengan tugas yang jelas dan menguntungkan siswa
8.
Memaksimalkan
waktu belajar
9.
Melakukan
monitoring pelaksanaan dan aktivitas belajar.
D.
Implementasi
Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Profesional dalam Upaya Menjadi Idola.
Penguasaan kompetensi
pedagogik erat kaitannya
dengan kemampuan guru melakukan
pembalajaran, sedangkan kompetensi profesional terkait
dengan penguasaan substansi
bidang pelajaran. Kompetensi ini
sebagai bagian penting
dari tugas utama
guru, disamping keseimbangannya dengan
kompetensi kepribadian dan
sosial. Guru dapat meramu
penguasaan kompetensi pedagogik
dan profesioanal tersebut dengan menekankan
pada keberhasilan belajar
peserta didik untuk
semua aspek (Ishartiwi, 2007).
Beberapa
hal yang dapat
dilakukan guru untuk mengimplementasikan kompetensi
tersebut, yaitu:
1.
Guru menjalankan
tugas dan fungsinya
sesuai dengan tuntuan karakteristik masyarakat
masa depan. Dalam
hal ini guru
selalu mengikuti
perkembangan “trend” yang sedang
berkembangan di masyarakat,
tetapi tetap berprinsip dengan jati diri. Kondisi ini akan membantu guru
akarap dengan siswa
tetapi tetap berwibawa sebagai tauladan,
sehingga mempunyai pengaruh
positif bagi peserta didik.
Ciptakan kondisi sebagai “guru idaman”.
2.
Guru harus
dapat mengajar dalam
kelas dengan keragaman kemampuan siswa. Dalam
hal ini guru
dapat mengembangkan seluruh
modalitas belajar dan seluruh spektrum
kecerdasan siswa. Tentu saja dalam
satu kelas bervariasi
dominasi kecerdasan dan cara siswa untuk menyerap informasi. Guru
harus membantu setiap siswa,
hindari mengejek siswa
yang lambat pemahamannya,
dan memuji (menjadikan bunga kelas) bagi siswa pandai. Kondisi yang demikian dapat memancing konflik siswa.
3.
Guru selalu
mengembangkan diri dan
berwawasan profesional tinggi sesuai
perkembangan keilmuan.
Melalui forum srawung ilmiah guru dapat memperoleh
pengetahuan perkembangan bidang ilmunya.
Guru juga dapat
memanfaatan akses internet
dalam mengikuti perkembangan tersebut.
Hal yang penting
adalah guru membimbing siswa
untuk memperkaya pengetahuan
dalam bidangnya melalui akses
berbagai sumber. Artinya
guru jangan terpaku dengan ”buku
paket”.
4.
Guru dalam
pembelajaran memberikan tugas
yang menantang siswa untuk
berekplorasi tentang pengetahuan
yang dipelajari. Dalam mengajar
guru mengkaitkan denga
isu-isu yang sedang berkembang, dan
membimbing siswa untuk
menganalisis dan mencarai alternatif
pemecaahannya dengan pertimbangan
alasan yang jelas. Variasi
tugas pembelajaran sangat
penting antara individu dan tugas
kelompok. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk memaparkan ide gagasannya,
serta siswa mendapat balikan secara kritis konseptual dan kontekstual dari
guru. Kondisi ini dapat menumbuhkan multi interaksi anatar annggota kelas.
5.
Guru Mengajarkan
ilmu “Bukan Hanya
untuk sukses Ujian Nasional”, tetapi
pembelajaran yang bermakna.
Siswa memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Dalam hal
ini guru mengajarkan bahawa
fungsi belajar untuk
kelangsungan hidup. Oleh karena
itu luaran hasil
belajar adalah siswa
cerdas, bukanhanya siswa
mendapat ”nilai betul”
secara mutlak. Namun
guru juga menekankan usaha
pencapaian nilai tersebut
melalui cara benar, dan
mengidarikan diri dari sikap menghalalkan semua cara. Aspek kejujuran,
usaha, berpikir pada
diri siswa lebih
dihargai, sebgai proses belajar.
6.
Guru
selalu membaca bidang ilmu dan bidang pembelajaran untuk menambah pemahaman,
dan ditindak lanjuti penerapannya dalam pembelajaran sekaligus sambil melakukan
penelitian (PTK) melalui tugas pelaksanaan pembelajaran. Hal ini untuk
pengembangan diri dengan melibatkan siswanya, agar dapat melakukan pembaharuan (mengajar
berbasis ilmiah).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Guru idola
di era global
bagi siswanya, memang
sesuatu yang gampang diucapkan
(dipidatokan), namun sulit
untuk diwujudkan. Pencapaian karakteristik
guru tersebut perlu niat dan usaha guru melakukan pembaharuan pembelajaran
dan selalu membantu
siswanya. Beberapa hal yang
dapat dilakukan guru
untuk membangun karakteristik
tersebut antara lain: membaca,
mengisi temu kolegialitas dengan kegiatan
akademik, serta srawung ilmiah
dan profesional, memahami
aturan kebijakan pendidikan, menuliskan pengalaman
kinerja, menggunakan potensi
lingkungan sebagai laboratorium,
jujur dan menghilangkan sikap formalitas, serta ikut-ikutan.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Profesionalisme
Guru Abad 21.
Makalah Seminar
Nasional
Temu Lembaga
Penelitian, IKIP Yogyakarta.
Ishartiwi.
(2007).
Menjadi Guru
Profesional Melalui Sertifikasi Guru.
Makalah Seminar Sertifikasi
Guru di Kabuipaten
Bantul, Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005
Tentang
Standar Nasional
Pendidikan. Sukamto, dkk.
(1999-2003).
Studi Pengembangan
Akreditasi Guru SMU.
Laporan Penelitian.
Direktorat Menengah Umum,
Dikrektorat
Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Sukamto, (2000).
Tantangan
Kurikulum Pendidikan Dalam Millenium Ketiga,
Makalah Seminar
: Menggagas Sistem Pendidikan Masa Depan. Dinas
P&K- Kanin
Depdiknas Kabupaten Banyumas. Purwokwer. 27 Juni.
Pengembangan Model
Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran Kertakes
SD.
Laporan Penelitian
Kebijakan. Direktorat TK/SD.
Dikdasmen.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen.
Comments
Post a Comment